Sudut pandang Ketua Panitia Pelaksana Halal bi Halal dan Reuni Akbar IKTAPA tahun 2022, Bernie Ardini, terhadap tema “Kembalinya Alumni: Merancang dan Membangun Asal Usul Kami”
Setiap era, tentu punya panggung sejarahnya sendiri. Begitupula saat saya pertama kali mendengar serangkai kalimat dari kawan saya, Rogib, sewaktu menentukan tema untuk Halal bi Halal dan Reuni Akbar IKTAPA 2022 yang rampung digelar pada 8 Mei 2022 silam.
“Kembalinya Alumni: Merancang dan Membangun Asal Usul Kami”
Bagi saya, tema ini merupakan duta yang tepat untuk menggambarkan era ini sebagai salah satu patahan dari rumpun sejarah berdirinya Pondok Pesantren At-Tawazun sebagai sebuah sub-kultur baru di tengah masyarakat Kalijati.
Bagi saya, ia begitu relate dengan posisi kita sebagai alumni. Mengapa demikian? Dari luar ruang internalitas, kita sudah bisa menerka, tema ini memiliki pengertian bahwa alumni At-Tawazun sudah sampai pada masa untuk kembali ke pondok sebagai “asal usul” dalam analogi yang luas.
Maksudnya, frasa “kembali ke pondok” bukan berarti alumni bekerja secara struktural di dalam pondok, atau boleh kita memaknainya sebagai mengajar dan menjadi guru di dalamnya. Pengabdian berupa “kembali ke pondok” punya pengertian dan aktualisasi yang jauh lebih luas dari itu.
Jika kita sepakat bahwa pondok adalah sebuah sub-kultur yang lebih dari sekadar lembaga pendidikan, maka frasa “kembali ke pondok” bisa dimaknai dengan pengabdian alumni melalui produksi-reproduksi ide-ide dan kreativitas gemilang yang bersifat pembaharu sesuai dengan apa yang para alumni dalami. Baik dalam lokus bekerja, kuliah, atau apapun itu.
Mari kita bermain-main dengan analogi dalam bidang ilmu penjumlahan. Kita jelas tahu, untuk mencapai angka 10, rute perumusannya tidak melulu menggunakan alur 5+5 belaka, tetapi ada banyak cara untuk mencapai angka 10. Sebut saja penjumlahan 6+4, 3+7, atau 2+8.
Artinya, frasa “kembali ke pondok” bisa diwujudkan dengan banyak cara. Secara sederhana, kebermanfaatan individu alumni di komunitasnya masing-masing akan menciptakan pandangan dalam masyarakat, bahwa At-Tawazun sebagai pondok pesantren mampu menjadi produsen manusia-manusia bermanfaat bagi kehidupan sosial.
Untuk contoh kecil ini kita bisa mengutip visi-misi pondok yang rajin termuat di muka kalender tahunan. Kira-kira begini bunyinya:
“Terwujudnya lembaga pendidikan yang menghasilkan generasi sebagai Abdullah dan Khalifatullah serta Khairunnas Anfa’uhum Linnas.”
Dengan begitu, saya bisa mengatakan, bahwa sepenggal perspektif telah lahir dari panggung Halal bi Halal dan Reuni Akbar IKTAPA 2022, bahwa produk konkret dari frasa “kembali ke pondok” juga bisa disebut sebagai pengabdian kita kepada masyarakat, pembangunan diri, serta perwujudan atas visi kebermanfaatan alumni di lingkungan atau komunitas masing-masing.
Dengan begitu, harumnya organisme alumni di manapun berada akan juga membuat harum Pondok Pesantren At-Tawazun yang telah membentuk mental dan karakter kita hingga kita seperti saat ini.
Penulis: Bernie Ardini, alumni angkatan ke-10 Pondok Pesantren At-Tawazun dan Ketua Panitia Halal bi Halal IKTAPA 2022.